Financial Information & Market Access Forum - 1742879154322
-
Ada beberapa era periode strategi saham paling diminati pasca covid-19. Kenapa harus dibahas pasca covid-19? ya karena pada periode itu jumlah investor ritel bertambah signifikan.
Pertama, trading pasca market crash
Ya, setelah market crash Maret 2020, tren pasar saham cenderung bullish sehingga swing trading dan trading jangka menengah menjadi pilihan menarik dan bisa memberikan keuntungan dengan cepat. Tren ini terjadi di 2020-2021. (2022 berlanjut untuk saham komoditas tapi sektor lainnya mulai menunjukkan gejala gak enak karena muncul isu RESESI di semester II/2022).
Btw, pada periode ini, trading jangka pendek di saham gocap yang lama mati suri pun tiba-tiba bisa cuan. Di sini muncul banyak -mology- dari Kaesang-mology hingga Mansur-mology.
Kedua, trading pendek dari intraday hingga BSJP 2022-2023
Ini terjadi setelah likuiditas di market tidak growing se-agresif 2020-2021. Pasalnya, tren suku bunga mulai naik sehingga volatilitas di pasar saham juga meningkat. Apalagi, tren kenaikan pasar saham sudah terbatas.
Ketiga, era investasi tanpa mikir mahal atau murah di saham konglo (2023-2025)
Di periode ini, saham-saham yang terafiliasi konglo seperti Aguan, Salim, Prajogo Pangestu menjadi booming sehingga memberikan keuntungan sangat tinggi. Dari sini, banyak yang cuan besar, tapi ujungnya juga banyak yang nyangkut di 2025 di harga pucuk saham konglo tersebut. Sebenarnya, gak invest juga sih, ada beberapa juga yang trading di saham konglo dan cuan.
Keempat, era pasar saham diskon (2025 - gak tau kapan): strategi bisa value investing atau dividend investing
Yaps, pasar saham saat ini lagi diskon besar-besaran. Namun, bukan berarti kalau beli sekarang langsung cuan. Meski begitu, jika punya timeframe jangka panjang, beli sekarang bisa jadi cuan dengan tidak peduli risiko penurunan harga jangka pendek (tapi tetep pantau perkembangan fundamentalnya).
Misalnya, Lo Kheng Hong sudah borong saham $BBRI 64 juta lembar. Padahal, kita tahu saham BBRI ini saham sejuta umat hingga jumlah investornya mencapai 600.000-an pihak, yang mana dari total investor itu mayoritas pasti nyangkut.
Namun, alasan borong BBRI jelas, ini saham bluechip, lagi murah, menguasai pasar kredit UMKM, jadi tinggal tunggu waktu aja untuk bisa growth kenceng.
Meski, dalam perjalanan era pasar saham diskon ini muncul banyak FEAR dari segi kebijakan pemerintah baru yang tidak jelas arahnya. Namun, ya masa dibiarkan terus nanti 2027 bubar dong? artinya kita mencoba bertaruh kalau pemerintah bisa berpikir logis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (bisa bertahan di 5,2% ke atas aja lah gak usah ngebut 8% nanti pusing tahun depannya gimana dorong growth ekonominya).
Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi bisa jadi gairah baru pasar saham, dan saham-saham dengan bobot besar ke IHSG bisa mendapatkan berkah demand buy dari inflow asing.
Jika itu terjadi, pilihan value investing dan dividend investing bisa memberikan potensi keuntungan yang menarik dari segi gain mauipun dividend yield dalam 2 tahun ke depan.
Tapi, bagaimana strateginya? kamu bisa baca selengkapnya di sini: https://www.mikirduit.com/lo-kheng-hong-cuan-miliaran-dari-dividen-bbri-begini-strategi-investasi-dengan-dana-terbatas/
$BMRI $BBCA